1. Teori-teori umum (general theories) yang mencakup:
(1) teori-teori fungsional dan structural, dimana si pengamat mrpk bagian dari
struktur (sosial dan budaya). Menurut pandangan ini, pengetahuan dpt ditemukan
melalui metode pengamatan (observasi) empiris yg cermat.
Perbedaan pendekatan teori Fungsional & Struktural
Fungsional Struktural
- berasal dari biologi,
- menekankan pengkajiannya ttg cara2
mengorganisasikan dan
mempertahankan sistem sbg struktur
yg berfungsi
- berasal dari linguistic
- menekankan pengkajiannya pd hal2
yg menyangkut pengorganisaan
bahasa dan sistem sosial sbg struktur
yg berfungsi
Persamaan karakteristik teori Fungsional & Struktural:
a. Sama2 mementingkan synchrony (stabilitas dalam kurun wkt
tertentu) daripada diachrony (perubahan dalam kurun wkt tertentu).
b. Sama2 mempunyai kecenderungan memusatkan perhatian pd
“akibat2 yg yg tidak diinginkan” (unintended consequences) drpd
pada hasil2 yg sesuai tujuan.
c. Sama2 punya kepercayaan bhw realitas itu pd dasarnya objektif dan
independent (bebas)
d. Pendekatannya sama2 bersifat dualistic krn memisahkan bahasa dan
lambang dari pemikiran2 dan objek2 yang disimbolkan dalam
komunikasi.
e. Sama2 memegang prinsip the correspondence theory of truth (teori
kebenaran yg sesuai), yaitu bahasa hrs sesuai dg realitas dan simbol2
hrs merepresentasikan sesuatu secara akurat.
(2) teori-teori behavioral dan kognitif, yang menganggap komunikasi sebagai
manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir dan fungsi “bio-neural” dari
individu. Oleh karenanya, variable2 penentu yg memegang peranan penting thd
sarana kognisi seseorang (tmsk bahasa) biasanya berada di luar control dan
kesadaran org tsb.
Perbedaan dg teori structural dan fungsional terletak pd focus pengamatan dan
sejarahnya yg berpusat pd diri manusia secara individual (psikologis) dg model
‘S-R’ (stimulis-response) yg menggambarkan proses informasi antara stimulus
(rangsangan) dengan response (tanggapan).
(3) teori-teori konvensional dan interaksional. Komunikasi dianggap sebagai
alat perekat masyarakat (the glue of society) yang berkembang dari aliran
pendekatan interaksionisme simbolis sosiologi dan filsafat bahsa ordiner dimana
pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi.
(4) teori-teori kritis dan interpretif
Gagasan dalam teori ini byk berasal dari berbagai tradisi spt sosiologi interpretif,
pemikiran Max Weber, phenomenology dan hermeneutic, Marxisme dan aliran
‘Frankfurt School’ dan berbagai pendekatan tekstual: teori2 retorika, biblical dan
kesusasteraan.
Persamaan:
1. Penekanan thd peran subjektifitas yg didasarkan pd pengalaman individual
2. Makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori ini, dimana
pengalaman dipandang sbg dasar pemahaman makna. Dg memahami makna,
seseorang akan menjadi sadar akan kehidupan dirinya, dlm hal ini bahasa
dipandang sebagai kekuatan yg mengemudikan pengalaman manusia.
Perbedaan:
Teori Kritis Teori Interpretif
Cenderung menggunakan keputusan2
absolut, preskriptif dan sifatnya politis
Cenderung menghindarkan sifat2
preskriptif dan keputusan absolute ttg
fenomena yang diamati.
Pengamatan menurut teori ini hanya
sesuatu yg bersifat tentative dan relative.
3. Teori-teori kontekstual (contextual theories) yang meliputi 5
konteks/tingkatan:
(1) komunikasi intra-pribadi, proses komunikasi terjadi dalam diri seseorang
yaitu pemahaman, ingatan dan interpretasi thd simbol2 yg ditangkap panca indera.
(2) komunikasi antar pribadi, proses komunikasi antar perorangan yg bersifat
pribadi baik secara langsung ataupun tidak spt percakapan tatap muka, melalui
telepon dan surat menyurat yg berfokus pd hubungan, percakapan (discourse),
interaksi dan karakteristik komunikasi.
(3) komunikasi kelompok, interaksi di antara orang2 dalam kelompok2 kecil
yang membahas ttg dinamika kelompok, efiseiensi dan efektivitas penyampaian
informasi dalan kelompok, pola dan bentuk informasi dan pembuatan keputusan.
(4) komunikasi organisasi, terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi yg
membahas struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi
dan proses pengorganisasian dan kebudayaan organisasi.
(5) komunikasi massa, komunikasi melalui media masa yg ditujukan kpd
SKOM4204 – TEORI KOMUNIKASI | Sri Purwaningsih (014859099) 10
sejumlah khalayak besar yg fokusnya menyangkut struktur media, hubungan
media dg masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek2 budaya dari
komunikasi massa dan dampak /hasil komunikasi massa thd individu.
Sumber: SKOM4204 – TEORI KOMUNIKASI | Sri Purwaningsih
ARSIP KULIAH PUBLIC RELATION
Jumat, 02 Maret 2012
Rabu, 29 Februari 2012
Teori Komunikasi
Pengertian tentang Ilmu dan Teori dalam Komunikasi
Ilmu komunikasi (Berger dan Chaffee dalam bukuHandbook of Communication
Science, 1987) adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui
suatu penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional
dan sistematik, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan. Ciri-ciri: (1) Ilmu
hrs mrpk suatu pengetahuan yg disadarkan pd logika (2) ilmu hrs teroganisasikan secara
sitematik (3) ilmu hrs berlaku umum.
Teori komunikasi menunjuk pada konseptualisasi atau penjelasan logis mengenai
fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. Ciri-ciri: (1) abstraksi,
sifatnya terbatas (2) semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia.
(Littlejohn, 1987): Penjelasan dalam teori didasarkan atas 3 (tiga) prinsip keperluan—the
principle of necessity, yaitu suatu penjelasan yg menerangkan variable2 apa yg
kemungkinan diperlukan utk menghasilkan sesuatu.
(Littlejohn): Secara umum teori punya 9 fungsi:
1. mengorganisasikan dan menyimpulkan
Bahwa dalam mengamati realitas, tidak boleh dilakukan sepotong2. Pola dan
hubungan hrs dpt dicari dan ditemukan dimana pengetahuan kita ttg hal tsb
kemudian diorganisasikan dan disimpulkan yg hasilnya berupa teori yg dpt
dipakai sebagai rujukan dikemudian hari. Contoh: studi kasus.
2. memfokuskan
Hal atau aspek dari suatu objek yg diamati harus jelas fokusnya.
3. menjelaskan
Teori hrs mampu membuat suatu penjelasan ttg hal yg diamatinya, bukan saja utk
memahami pola, hubungan tp juga menginterpretasikan peristiwa tertentu.
4. mengamati
Teori tdk saja menjelaskan ttg apa yg sebaiknya diamati tp juga memberikan
petunjuk bgmana cara mengamatinya, artinya ada konsep operasional yg bisa
dijadikan patokan.
5. membuat prediksi
6. heuristic
Teori yg diciptakan dpt merangsang timbulnya upaya penelitian selantjutnya, jadi
konsep hrs jelas utk dijadikan pegangan.
7. komunikasi
Teori hrs dpt dipublikasikan, didiskusikan dan terbuka thd kritikan utk
penyempurnaan.
8. control/mengawasi
Teori dapat berfungsi sbg sarana pengendali atai pengontrol tingkah laku
kehidupan manusia.
9. generatif
Teori berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan cultural serta sarana untuk
menciptakan pola dan kehidupan yg baru.
Ilmu komunikasi (Berger dan Chaffee dalam bukuHandbook of Communication
Science, 1987) adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui
suatu penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional
dan sistematik, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan. Ciri-ciri: (1) Ilmu
hrs mrpk suatu pengetahuan yg disadarkan pd logika (2) ilmu hrs teroganisasikan secara
sitematik (3) ilmu hrs berlaku umum.
Teori komunikasi menunjuk pada konseptualisasi atau penjelasan logis mengenai
fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. Ciri-ciri: (1) abstraksi,
sifatnya terbatas (2) semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia.
(Littlejohn, 1987): Penjelasan dalam teori didasarkan atas 3 (tiga) prinsip keperluan—the
principle of necessity, yaitu suatu penjelasan yg menerangkan variable2 apa yg
kemungkinan diperlukan utk menghasilkan sesuatu.
(Littlejohn): Secara umum teori punya 9 fungsi:
1. mengorganisasikan dan menyimpulkan
Bahwa dalam mengamati realitas, tidak boleh dilakukan sepotong2. Pola dan
hubungan hrs dpt dicari dan ditemukan dimana pengetahuan kita ttg hal tsb
kemudian diorganisasikan dan disimpulkan yg hasilnya berupa teori yg dpt
dipakai sebagai rujukan dikemudian hari. Contoh: studi kasus.
2. memfokuskan
Hal atau aspek dari suatu objek yg diamati harus jelas fokusnya.
3. menjelaskan
Teori hrs mampu membuat suatu penjelasan ttg hal yg diamatinya, bukan saja utk
memahami pola, hubungan tp juga menginterpretasikan peristiwa tertentu.
4. mengamati
Teori tdk saja menjelaskan ttg apa yg sebaiknya diamati tp juga memberikan
petunjuk bgmana cara mengamatinya, artinya ada konsep operasional yg bisa
dijadikan patokan.
5. membuat prediksi
6. heuristic
Teori yg diciptakan dpt merangsang timbulnya upaya penelitian selantjutnya, jadi
konsep hrs jelas utk dijadikan pegangan.
7. komunikasi
Teori hrs dpt dipublikasikan, didiskusikan dan terbuka thd kritikan utk
penyempurnaan.
8. control/mengawasi
Teori dapat berfungsi sbg sarana pengendali atai pengontrol tingkah laku
kehidupan manusia.
9. generatif
Teori berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan cultural serta sarana untuk
menciptakan pola dan kehidupan yg baru.
MEMAHAMI TEORI KOMUNIKASI: PENDEKATAN PENGERTIAN, KERANGKA ANALISIS DAN PERSPEKTIF
Pendekatan-pendekatan dalam keilmuan
(Littlejohn dalam buku Theories of Human Communications, 1989): Pendekatanpendekatan
keilmuan dalam masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok
pengamatannya, dapat dibagi dalam 3 (tiga) kelompok atau aliran pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan SCIENTIFIC (ilmiah empiris)
Pendekatan ini menekankan pentingnya objektivitas yang didasarkan atas
standarisasi observasi dan konsistensi yang lazim dipergunakan dalam ilmu-ilmu
eksakta (fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll). Landasan filosofisnya
adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur. Metode dg
penelitian yg sama akan menghasilkan temuan yg sama, ini merupakan hakikat
dari objektivitas dalam konteks standarisasi observasi dan konsistensi.
Kelompok ini juga membuat pemisahan yang tegas antara know (objek atau hal
yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku atau pengamat).
Metode yg lazim dilakukan adalah eksperimen (peneliti secara sengaja melakukan
percobaan thd objek yg ditelitinya) yang tujuan penelitiannya diarahkan pd upaya
mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat diantara dua
variable atau lebih dengan mengontrol pengaruh dari variable lain.
2. Pendekatan HUMANISTIC (humaniora interpretatif)
Pendekatan ini mengasosiasikan ilmu dg prinsip “subjektivitas” yang lazim
dipergunakan dalam ilmu-ilmu yang mempelajari sejarah, kebudayaan, sistem
nilai, keseniandan pengalaman pribadi. Ilmu menurut kelompok ini merupakan
suatu hasil interpretasi subjektif yang berada dalam diri peneliti (in here).
Menurut aliran ini, pihak peneliti (knower) tidak bleh memisahkan diri dari objek
yang ditelitinya (known). Metode yg lazim digunakan adalah partisipasi observasi
(si peneliti membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan dari orangorang
yg ditelitinya dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yg
ditelitinya tsb.—misal: bergaul).
Perbedaan pendekatan Humanistic dengan Scientific:
Pendekatan SCIENTIFIC Pendekatan HUMANISTIC
Ilmu bertujuan utk menstandarisasikan
observasi.
Mengutamakan kreatifitas individual.
Tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaanperbedaan
pandangan tentang hasil
pengamatan
Ilmu bertujuan untuk memahami tanggapan
dan hasil subjectif individual.
Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang
berada disana (out there), di luar diri
pengamat/peneliti.
Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang
berada disini (in here), yaitu dalam diri
(pemikiran, interpretasi) pengamat/peneliti.
Perhatian difokuskan pada dunia hasil
penemuan (discovered world)
Perhatian dititikberatkan pada dunia para
penemunya (discovering person).
Berupaya memperoleh “consensus” mengutamakan interpretasi-interpretasi
alternative
Membuat pemisahan yang tegas antara
known dan knower
Cenderung tidak memisahkan antara kedua
hal tsb.
3. Pendekatan SOCIAL SCIENCES (ilmu-ilmu sosial)
Pendekatan ini merupakan kombinasi antara pendekatan Scientific dan
Humanistic yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan sosial termasuk ilmu
komunikasi yang lazim diterapkan utk mengkaji persoalan yg menyangkut sistem
nilai, kesenian, kebudayan sejaran dan pengalaman pribadi, yang terbagi
menjadi:
a. ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science), menekankan
pengkajian pada tingkah laku individual manusia
b. ilmu pengetahuan sosial (social science), menekankan kajian pada interaksi
antar manusia.
(Littlejohn dalam buku Theories of Human Communications, 1989): Pendekatanpendekatan
keilmuan dalam masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok
pengamatannya, dapat dibagi dalam 3 (tiga) kelompok atau aliran pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan SCIENTIFIC (ilmiah empiris)
Pendekatan ini menekankan pentingnya objektivitas yang didasarkan atas
standarisasi observasi dan konsistensi yang lazim dipergunakan dalam ilmu-ilmu
eksakta (fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll). Landasan filosofisnya
adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur. Metode dg
penelitian yg sama akan menghasilkan temuan yg sama, ini merupakan hakikat
dari objektivitas dalam konteks standarisasi observasi dan konsistensi.
Kelompok ini juga membuat pemisahan yang tegas antara know (objek atau hal
yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku atau pengamat).
Metode yg lazim dilakukan adalah eksperimen (peneliti secara sengaja melakukan
percobaan thd objek yg ditelitinya) yang tujuan penelitiannya diarahkan pd upaya
mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat diantara dua
variable atau lebih dengan mengontrol pengaruh dari variable lain.
2. Pendekatan HUMANISTIC (humaniora interpretatif)
Pendekatan ini mengasosiasikan ilmu dg prinsip “subjektivitas” yang lazim
dipergunakan dalam ilmu-ilmu yang mempelajari sejarah, kebudayaan, sistem
nilai, keseniandan pengalaman pribadi. Ilmu menurut kelompok ini merupakan
suatu hasil interpretasi subjektif yang berada dalam diri peneliti (in here).
Menurut aliran ini, pihak peneliti (knower) tidak bleh memisahkan diri dari objek
yang ditelitinya (known). Metode yg lazim digunakan adalah partisipasi observasi
(si peneliti membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan dari orangorang
yg ditelitinya dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yg
ditelitinya tsb.—misal: bergaul).
Perbedaan pendekatan Humanistic dengan Scientific:
Pendekatan SCIENTIFIC Pendekatan HUMANISTIC
Ilmu bertujuan utk menstandarisasikan
observasi.
Mengutamakan kreatifitas individual.
Tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaanperbedaan
pandangan tentang hasil
pengamatan
Ilmu bertujuan untuk memahami tanggapan
dan hasil subjectif individual.
Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang
berada disana (out there), di luar diri
pengamat/peneliti.
Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang
berada disini (in here), yaitu dalam diri
(pemikiran, interpretasi) pengamat/peneliti.
Perhatian difokuskan pada dunia hasil
penemuan (discovered world)
Perhatian dititikberatkan pada dunia para
penemunya (discovering person).
Berupaya memperoleh “consensus” mengutamakan interpretasi-interpretasi
alternative
Membuat pemisahan yang tegas antara
known dan knower
Cenderung tidak memisahkan antara kedua
hal tsb.
3. Pendekatan SOCIAL SCIENCES (ilmu-ilmu sosial)
Pendekatan ini merupakan kombinasi antara pendekatan Scientific dan
Humanistic yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan sosial termasuk ilmu
komunikasi yang lazim diterapkan utk mengkaji persoalan yg menyangkut sistem
nilai, kesenian, kebudayan sejaran dan pengalaman pribadi, yang terbagi
menjadi:
a. ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science), menekankan
pengkajian pada tingkah laku individual manusia
b. ilmu pengetahuan sosial (social science), menekankan kajian pada interaksi
antar manusia.
Selasa, 20 Desember 2011
BAB: 9 PRINSIP DASAR KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
KARAKTERISTIK SUMBER KOMUNIKASI:
Sumber/Komunikator (Source)
Keefektifan komunikator dalam komunikasi bukan hanya ditentukan oleh kemampuan dalam berkomunikasi tetapi juga pada diri si komunikator. Dalam rangka menyebarkan pesan pembangunan, baik pembangunan dalam arti umum maupun pembangunan yang bersifat fisik, maka peran komunikator sangat penting dan menentukan. Pengertian komunikator adalah individu yang sedang mengadakan komunikasi dengan individu kelompok (sasaran) yang lain. Keberhasilan dalam proses komunikasi dapat ditentukan oleh kemampuan pada diri komunikator. Suatu informasi atau pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan akan berhasil atau komunikatif apabila terjadi proses psikologis yang sama antar insan–insan yang terlibat dalam proses komunikasi.
Sumber dalam proses komunikasi adalah orang, kelompok, organisasi atau lembaga yang menyusun pesan (informasi) atau menyampaikanya kepada penerima melalui saluran tertentu. Ada 4 faktor utama didalam diri sumber yang dapat menetukan efektifitas komunikasi meliputi:
1. Sikap sumber
Sikap merupakan pernyataan psikologis dalam diri seseorang terhadap sesuatu obyek, dapat berupa predeposisi, kecenderungan, ataupun harapan. Sikap dapat muncul dalam bentuk yang positif (menyenangkan) ataupun negatif (tidak menyenangkan).
2. Pengetahuan Sumber
Pengetahuan sumber merupakan aspek kognitif dari sumber pesan yang banyak kaitanya dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan sumber pesan adalah salah satu faktor yang besar peranananya dalam bentuk proses komunikasi yang efektif.
3. Ketrampilan Sumber
Faktor ketiga dalam diri sumber pesan yang dapat menentukan efektifitas proses komunikasi yang dilakukan adalah ketrampilan berkomunikasi. Meskipun memiliki pengeta.huan yang memaadai tetapi apabila tidak terampil berkomtrnikasi maka tidak akan dapat menyampaikan pesan-pesan dengan efektif. Sumber pesan yang terampil berkomunikasi akan mampu mengkomunikasikan pesannya kepada penerima dengan cara dan gaya penyampain yang sesuai dengan penerima.
4. Kredibilitas Sumber
Kredibilitas sumber pcsan dapat diartikan sebagai tingkatan sejauh mana sumber pesan dapat dipercaya oleh penerima pesan. Sumber pesan yang dipercava oleh penerima adalah surnber pesan yang kredibilitasnya tinggi. Namun apabila penerima menyampaikan apakah pesan yang disampaikan sumber itu benar atau akurat, berarti sumber tersebut kredibilitasnya rendah. Komunikasi akan berhasil apabila tcrdapat partisipasi antara kornunikator dengan komunikan.
Pesan (Message)
Komponen penyusun lainya dari proses komunikasi yaitu dibutuhkanya pesan atau materi informasi. Materi informasi atau pesan yang disampaikan merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan sebagai suatu pernyataan panduan dari pikiran dan perasaan yang berupa ide–ide, informasi–informasi, himbauan, kendala dan sebagainya. Pesan atau materi yang penting dakam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu gagasan atau pesan yang disampaikan komunikator dapa menimbulkan efek atau dampak yang positif.untuk itu seorang komunikator sebelum menyampaikan pesan harus mengerti terlebih dahulu terhadap kondisi komunikan terutama yang menyangkut aspek psikologis. Karena aspek ini akan berpengaruh atau berdampak langsung terhadap keberhasilan dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Disamping itu seorang komunikator dalam penyampaian pesan harus bersifat empati, yaitu kemampuan memproyeksikan diri kepada orang lain, dengan kata lain perbedaan kemempuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan apa yang disampaikan oleh orang lain sehingga pesan – pesan yang akan disampaikan oleh komuikator akan lebih mudah diterima oleh komunikan.
Metode (Method)
Metode merupakan bagian dari saluran komunikasi sebagai pembentuk proses komunikasi, yang mana metode digunakan untuk menunjang berjalanya suatu proses penyampaian informasi. Metode komunikasi (channel) adalah suatu cara–cara yang digunakan dalam penyampaian materi/pesan.
Media (Channel)Saluran komunikasi dalam proses komunikasi selain menggunakan metode juga menggunakan media. Media merupakan saluran yang dapat menghubungkan antara komunikator dengan komunikan. Dengan demikian baik komunikator maupun sasaran harus mengetahui saluran–saluran yang tepat agar pesan yang disampaikan komunikator akan sampai dan diterima dengan baik oleh sasaran. Komunikasi dengan menggunakan media disebut juga komunikasi secara tidak langsung atau komunikasi yang bersifat satu arah sehingga komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga.
Sasaran/Komunikan (Receiver)Sasaran atau komunikan merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dengan komunikator, pesan, dan saluran. Sasaran atau komunikan adalah seorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran atau penerima pesan dari komunikator ketika menyampaikan pesan. Komunikan atau sasaran dalam suatu proses komunikasi berfungsi diantaranya untuk melihat apakah ada dampak atau efek atas proses komunikasi dalam penyampaian informasi.
BENTUK DAN TEKNIKPENYAJIAN PESAN:
Karakteristik khalayak
Khalayak (audience), juga merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Karena, bagi komunikasi tentunya patokan keberhasilan upaya komunikasi yang di lakukan itu merupakan pesan-pesan yang disampaikan melalui suatu saluran medium dapat diterima/sampai ke khalayak sasaran, dipahami dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan"si komunikator. Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan dari individu-individu yang bersikap dan bertindak “pasif”. Mereka aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman, tanggapan serta tindakan yang timbul. Dalam hal ini Schramm (1974) menyatakan dengan tegas bahwa seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai upayanya dari "apa yang harus dikatakan", “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau "bagaimana cara mengatakannya", melainkan terlebih dahulu mempertanyakan "Siapa yang akan menjadi saluran penyampaian pesan". Dalam proses komunikasi massa (komunikasi melalui media massa) irmplikasi dari pernyataan Schramm tersebut bahwa sebelum komunikasi mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disebarluaskannya, khalayak telah terlebih dahulu mempengaruhi komunikator. Komunikator akan berubah mengumpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator. Komunikator akan berusaha menyimpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan "apa" yang akan disampaikan dan "bagaimana" cara menyampaikannya.
KARAKTERISTIK SALURAN KOMUNIKASI:
Karakteristik Saluran
Terdapat tiga saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat: saluran komunikasi personal, media massa dan media tradisional. Masing- masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri- sendiri. Kombinasi penggunaan dari ketiga saluran komunikasi tersebut akan menghasilkan dampak yang lebih optimal.
Pemilihan satu atau beberapa media sebaiknya didasarkan atas 2 (dua) pertimbangan. Pertama, pertimbangan yang menyangkut karakteristik media. Kedua, pertimbangan yang menyangkut karakteristik isi dan penyajian pesan yang akan disampaikan ( karakteristik kreatif).
Karakteristik Khalayak
Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan individu-individu yang bersikap dan bertindak pasif. Khalayak, aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman anggapan serta tindakan yang timbul. Terdapat sedikitnya 8 ( delapan) karakteristik.
Sumber/Komunikator (Source)
Keefektifan komunikator dalam komunikasi bukan hanya ditentukan oleh kemampuan dalam berkomunikasi tetapi juga pada diri si komunikator. Dalam rangka menyebarkan pesan pembangunan, baik pembangunan dalam arti umum maupun pembangunan yang bersifat fisik, maka peran komunikator sangat penting dan menentukan. Pengertian komunikator adalah individu yang sedang mengadakan komunikasi dengan individu kelompok (sasaran) yang lain. Keberhasilan dalam proses komunikasi dapat ditentukan oleh kemampuan pada diri komunikator. Suatu informasi atau pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan akan berhasil atau komunikatif apabila terjadi proses psikologis yang sama antar insan–insan yang terlibat dalam proses komunikasi.
Sumber dalam proses komunikasi adalah orang, kelompok, organisasi atau lembaga yang menyusun pesan (informasi) atau menyampaikanya kepada penerima melalui saluran tertentu. Ada 4 faktor utama didalam diri sumber yang dapat menetukan efektifitas komunikasi meliputi:
1. Sikap sumber
Sikap merupakan pernyataan psikologis dalam diri seseorang terhadap sesuatu obyek, dapat berupa predeposisi, kecenderungan, ataupun harapan. Sikap dapat muncul dalam bentuk yang positif (menyenangkan) ataupun negatif (tidak menyenangkan).
2. Pengetahuan Sumber
Pengetahuan sumber merupakan aspek kognitif dari sumber pesan yang banyak kaitanya dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan sumber pesan adalah salah satu faktor yang besar peranananya dalam bentuk proses komunikasi yang efektif.
3. Ketrampilan Sumber
Faktor ketiga dalam diri sumber pesan yang dapat menentukan efektifitas proses komunikasi yang dilakukan adalah ketrampilan berkomunikasi. Meskipun memiliki pengeta.huan yang memaadai tetapi apabila tidak terampil berkomtrnikasi maka tidak akan dapat menyampaikan pesan-pesan dengan efektif. Sumber pesan yang terampil berkomunikasi akan mampu mengkomunikasikan pesannya kepada penerima dengan cara dan gaya penyampain yang sesuai dengan penerima.
4. Kredibilitas Sumber
Kredibilitas sumber pcsan dapat diartikan sebagai tingkatan sejauh mana sumber pesan dapat dipercaya oleh penerima pesan. Sumber pesan yang dipercava oleh penerima adalah surnber pesan yang kredibilitasnya tinggi. Namun apabila penerima menyampaikan apakah pesan yang disampaikan sumber itu benar atau akurat, berarti sumber tersebut kredibilitasnya rendah. Komunikasi akan berhasil apabila tcrdapat partisipasi antara kornunikator dengan komunikan.
Pesan (Message)
Komponen penyusun lainya dari proses komunikasi yaitu dibutuhkanya pesan atau materi informasi. Materi informasi atau pesan yang disampaikan merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan sebagai suatu pernyataan panduan dari pikiran dan perasaan yang berupa ide–ide, informasi–informasi, himbauan, kendala dan sebagainya. Pesan atau materi yang penting dakam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu gagasan atau pesan yang disampaikan komunikator dapa menimbulkan efek atau dampak yang positif.untuk itu seorang komunikator sebelum menyampaikan pesan harus mengerti terlebih dahulu terhadap kondisi komunikan terutama yang menyangkut aspek psikologis. Karena aspek ini akan berpengaruh atau berdampak langsung terhadap keberhasilan dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Disamping itu seorang komunikator dalam penyampaian pesan harus bersifat empati, yaitu kemampuan memproyeksikan diri kepada orang lain, dengan kata lain perbedaan kemempuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan apa yang disampaikan oleh orang lain sehingga pesan – pesan yang akan disampaikan oleh komuikator akan lebih mudah diterima oleh komunikan.
Metode (Method)
Metode merupakan bagian dari saluran komunikasi sebagai pembentuk proses komunikasi, yang mana metode digunakan untuk menunjang berjalanya suatu proses penyampaian informasi. Metode komunikasi (channel) adalah suatu cara–cara yang digunakan dalam penyampaian materi/pesan.
Media (Channel)Saluran komunikasi dalam proses komunikasi selain menggunakan metode juga menggunakan media. Media merupakan saluran yang dapat menghubungkan antara komunikator dengan komunikan. Dengan demikian baik komunikator maupun sasaran harus mengetahui saluran–saluran yang tepat agar pesan yang disampaikan komunikator akan sampai dan diterima dengan baik oleh sasaran. Komunikasi dengan menggunakan media disebut juga komunikasi secara tidak langsung atau komunikasi yang bersifat satu arah sehingga komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga.
Sasaran/Komunikan (Receiver)Sasaran atau komunikan merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dengan komunikator, pesan, dan saluran. Sasaran atau komunikan adalah seorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran atau penerima pesan dari komunikator ketika menyampaikan pesan. Komunikan atau sasaran dalam suatu proses komunikasi berfungsi diantaranya untuk melihat apakah ada dampak atau efek atas proses komunikasi dalam penyampaian informasi.
BENTUK DAN TEKNIKPENYAJIAN PESAN:
bentuk dan teknik penyajian pesan
1. Sisi pesan (Message sidedness)
Pesan
dapat di susun secara satu sisi (one sided) atau dua sisi (two sided).
Penyusunan yang satu sisi memberikan penekanan hanya pada posisi
kepentingan pihak pengirim pesan. Biasanya yang ditonjolkan hanya
hal-hal yang menyangkut kekuatan/kelebihan atau aspek positif dari suatu
ide atau produk yang akan dikomunikasikan. Sementara pada penyusunan
pesan yang bersifat dua sisi (two sided), disamping segi kekuatan dan
aspek positif hal-hal yang merupakan kekurangan/kelemahan atau
aspek-aspek negative dari suatu ide atau produk yang akan
dikomunikasikan juga ditampilkan.
2. Urutan Penyajian (Order of presentation)
Climax
versus anti climax order berkaitan dengan teknik penyajian pesan yang
bersifat satu sisi (one sided). Model climax order menunjuk pada cara
penyusunan pesan, dimana argument terpenting/terkuat dari isi pesan
ditempatkan pada bagian akhir. Jika argument tersebut ditempatkan pada
bagian awal, disebut sebagai anti climax order, semenjtara jika
ditempatkan di tengah-tengah disebut sebagai pyramidal order. Recency
and primacy model berkaitan dengan penyajian pesan yang bersifat dua
sisi (two sided). Primacy model menunjuk pada teknik penyajian atau
penyusunan pesan di mana spek-aspek positif kekuatan dari ide satu
produk ditempatkan pada bagian awal, jika aspek-aspek positif/kekuatan
dari ide atau produk tersebut ditempatkan di bagian akhir disebut
recency model.
3. Penarikan kesimpulan (Drawing a conclusion)
Penarikan
kesimpulan atas isi penjelasan tentang suatu ide atau produk yang
dikomunikasikan dapat dilakukan secara langsung dan jelas (eksplisit)
dalam arti bahwa dapat juga dilakukan secara tidak langsung (implisit)
dalam arti bahwa penarikan kesimpulan diserahkan kepada pihak khalayak
sendiri.
karakteristik saluran komunikasi
Saluran Komunikasi dan Media Komunikasi
Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai ke komunikannya, yaitu tanpa media (tatap muka), atau dengan media. Media yang dimaksud di sini adalah media komunikasi. Media merupakan bentuk jamak dari medium. Medium kominikasi kita artikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk mengahantarkan pesannya agar sampai ke komunikan.
Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikasi dapat dibagi menjadi media massa dan nonmedia massa. Media massa dilihat dari waktu terbitnya dapat dibagi menjadi periodik dan nonperiodik. Periodik berarti terbit teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa periodik dapat dibedakan menjadi elektronik (radio, TV) dan nonelektronik atau cetak (surat kabar, majalah). Media massa nonperiodik dimaksudkan pada media massa yang bersifat eventual, tergantung pada event tertentu. Setelah event usai, selesai pulalah penggunaannya. Untuk itu media massa nonperiodik dapat dibedakan menjadi manusia (SPG, juru kampanye) dan benda (poster, spanduk, leaflet).
Sedangkan nonmedia massadilihat dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi nonmedia massa manusia (kurir atau pembawa pesan) dan nonmedia massa benda. Nonmedia massa benda dapat dibedakan atas elektronik (telepon, fax) dan nonelektronik (surat). Perkembangan teknologi komunikasi terkini, yakni komputer dengan internetnya, melahirkan media yang bersifat multimedia. Dikatakan multimedia karena hampir seluruh bentuk media komunikasi yang telah dikenal umat manusia menyatu dalam elektronik digitalnya.
Pada komunikasi langsung tatp muka, pada dasarnya yang dilakukan adalah aktivitas komunikasi. Aktivitas ini misalnya, dengan perbincangan, wawancara, konseling, rapat, seminar, lokakarya, hingga pameran.
Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai ke komunikannya, yaitu tanpa media (tatap muka), atau dengan media. Media yang dimaksud di sini adalah media komunikasi. Media merupakan bentuk jamak dari medium. Medium kominikasi kita artikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk mengahantarkan pesannya agar sampai ke komunikan.
Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikasi dapat dibagi menjadi media massa dan nonmedia massa. Media massa dilihat dari waktu terbitnya dapat dibagi menjadi periodik dan nonperiodik. Periodik berarti terbit teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa periodik dapat dibedakan menjadi elektronik (radio, TV) dan nonelektronik atau cetak (surat kabar, majalah). Media massa nonperiodik dimaksudkan pada media massa yang bersifat eventual, tergantung pada event tertentu. Setelah event usai, selesai pulalah penggunaannya. Untuk itu media massa nonperiodik dapat dibedakan menjadi manusia (SPG, juru kampanye) dan benda (poster, spanduk, leaflet).
Sedangkan nonmedia massadilihat dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi nonmedia massa manusia (kurir atau pembawa pesan) dan nonmedia massa benda. Nonmedia massa benda dapat dibedakan atas elektronik (telepon, fax) dan nonelektronik (surat). Perkembangan teknologi komunikasi terkini, yakni komputer dengan internetnya, melahirkan media yang bersifat multimedia. Dikatakan multimedia karena hampir seluruh bentuk media komunikasi yang telah dikenal umat manusia menyatu dalam elektronik digitalnya.
Pada komunikasi langsung tatp muka, pada dasarnya yang dilakukan adalah aktivitas komunikasi. Aktivitas ini misalnya, dengan perbincangan, wawancara, konseling, rapat, seminar, lokakarya, hingga pameran.
Khalayak (audience), juga merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Karena, bagi komunikasi tentunya patokan keberhasilan upaya komunikasi yang di lakukan itu merupakan pesan-pesan yang disampaikan melalui suatu saluran medium dapat diterima/sampai ke khalayak sasaran, dipahami dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan"si komunikator. Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan dari individu-individu yang bersikap dan bertindak “pasif”. Mereka aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman, tanggapan serta tindakan yang timbul. Dalam hal ini Schramm (1974) menyatakan dengan tegas bahwa seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai upayanya dari "apa yang harus dikatakan", “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau "bagaimana cara mengatakannya", melainkan terlebih dahulu mempertanyakan "Siapa yang akan menjadi saluran penyampaian pesan". Dalam proses komunikasi massa (komunikasi melalui media massa) irmplikasi dari pernyataan Schramm tersebut bahwa sebelum komunikasi mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disebarluaskannya, khalayak telah terlebih dahulu mempengaruhi komunikator. Komunikator akan berubah mengumpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator. Komunikator akan berusaha menyimpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan "apa" yang akan disampaikan dan "bagaimana" cara menyampaikannya.
KARAKTERISTIK SALURAN KOMUNIKASI:
Karakteristik Saluran
Terdapat tiga saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat: saluran komunikasi personal, media massa dan media tradisional. Masing- masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri- sendiri. Kombinasi penggunaan dari ketiga saluran komunikasi tersebut akan menghasilkan dampak yang lebih optimal.
Pemilihan satu atau beberapa media sebaiknya didasarkan atas 2 (dua) pertimbangan. Pertama, pertimbangan yang menyangkut karakteristik media. Kedua, pertimbangan yang menyangkut karakteristik isi dan penyajian pesan yang akan disampaikan ( karakteristik kreatif).
Karakteristik Khalayak
Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan individu-individu yang bersikap dan bertindak pasif. Khalayak, aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman anggapan serta tindakan yang timbul. Terdapat sedikitnya 8 ( delapan) karakteristik.
pengantar ilmu komunikasi, wiryanto
Senin, 19 Desember 2011
BAB: 8 KOMUNIKASI DAN BUDAYA
Fungsi Kebudayaan Bagi Perkembangan Hidup Manusia Dalam Masyarakat
Hasil karya manusia akan melahirkan suatu kebudayaan atau teknologi yang nantinya akan berguna untuk melindungi ataupun membantu masyarakat untuk mengolah alam yang bisa bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri.
Secara khusus Kebudayaan berfungsi:
- Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
- Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
- Pembimbing kehidupan manusia
- Pembeda antar manusia dan binatang
- Hidup lebih baik, Lebih manusiawi dan berperikemanusiaan Secara umum pengertian kebudayaan adalah merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani
- PENGARUH KEBUDAYAAN DALAM KOMUNIKASI
1. Membership & Reference Groups
Pada
dasarnya kita adalah keanggotaan dari banyak grup sosial yang berbeda
baik itu keluarga, kelas sosial (mahasiswa/pelajar), etnik, gender,
kelompok pekerjaan, atau bangsa negara. Ada beberapa faktor yang
mendorong seseorang untuk mau merawat atau menjaga keanggotaannya (membership) :
a. Ia
mendapatkan keuntungan positif dari keanggotaannya. Seperti, ia menjadi
bangga, itu yang menyebabkannya menjadi loyal, kepuasan (puas menjadi
anggota), kebanggaan yang lebih (eksklusif), mendapat status dan teman.
b. Ia cenderung menghindari isolasi sosial yang bisa menjadikannya tidak memiliki ikatan grup yang kuat.
c. Ada
keterbatasan-keterbatasan atau aturan yang berlaku padanya sehingga ia
tidak bisa keluar dari kelompok tersebut. (mis. Kita tidak bisa memilih
etnik dan ras kita)
Reference Groups merupakan
kelompok dimana kita melihatnya sebagai tuntunan atau pedoman bagaimana
kita bertingkah laku. Selain itu, semakin dekat nilai-nilai yang ada
dan sama dengan kelompok itu maka kita akan merasa dekat dengan mereka.
Masyarakat
Madura secara umum yang juga memiliki pola hidup kolektivis mereka akan
selalu berbuat sesuai dengan lingkungannya. Sebab jika mereka
bertingkah diluar kesepakatan yang ada dalam kelompoknya maka mereka
akan mendapatkan sangsi sosial, seperti dikucilkan atau menjadi bahan
omongan orang lain. Contohnya seperti dalam acara pernikahan dan
kematian sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya.
Selain
itu, penduduk Madura yang hidup di Madura rata-rata adalah sanak
saudara sendiri. Dan hampir di setiap tiga atau empat rumah dapat
dipastikan akan terdapat mushalla yang berdiri disana. Sehingga
kegiatan-kegiatan keagamaan akan mudah didapati di sekitar rumah
penduduk, karena seringnya kegiatan itu dilaksanakan. Dan di saat itulah
mereka bisa berkumpul di samping dengan sanak keluarga juga dengan
tetangga, teman, atau sahabat.
Adapun
orang-orang Madura yang hidupnya di luar Madura atau sebagai
perantauan, mereka juga akan cenderung mencari kelompoknya sendiri,
yakni sesama orang Madura. Karena ketika mereka telah bertemu dengan
orang yang berasal dari Madura, mereka akan merasa memiliki kedekatan
emosional tersendiri, sekalipun orang itu bukan keluarga kandungnya akan
tetapi mereka tetap menganggap orang-orang Madura yang mereka temui
sebagai “taretan dhibi’” atau saudara sendiri. Hal itulah yang
akan membuat orang Madura bangga dan senang ketika bertemu sesama orang
Madura, sebab mereka akan menjaga satu sama lain, terlebih juga saling
menjaga harga diri mereka agar tidak terinjak oleh kelompok lain.
2. Minority & Majority
Ada 5 karakter dalam kelompok minoritas ini :
a. Anggota kelompok minoritas akan diperlakukan berbeda dari kelompok mayoritas.
b. Anggota-anggota dari kelompok minoritas memiliki fisik dan karakter kultur berbeda dengan kelompok mayoritas.
c. Karena minoriti ini secara karakter berbeda dengan mayoritas maka keanggotaannya tidak secara suka rela.
d. Anggota dari kelompok minority cenderung akan bekerja sama atau menikah dengan keanggotaan kelompok yang sama.
e. Anggota
dari kelompok minoritas sadar bahwa jika mereka sendiri statusnya di
bawah mayoritas, sehingga kekuatan solidaritasnya kuat.
Penduduk
Madura yang hidup di pulau Madura adalah mayoritas namun, jika
dibandingkan dengan kelima karakter di atas penduduk mayoritas Madura
tetap menghargai dan menerima orang-orang yang berasal dari luar Madura,
dan mereka pun memperlakukannya sama seperti orang Madura yang lain
pada umumnya, terlebih lagi jika orang yang berasal dari luar Madura itu
menikah dengan seseorang yang berasal dari Madura.
Ketika
orang-orang Madura yang berada di perantauan, mereka menjadi minoritas
namun masih tetap memiliki kelompok sendiri yang anggota-anggotanya
berasal dari Madura juga. Akan tetapi, di samping memiliki kelompok
sendiri mereka juga tergabung dalam kelompok lain. Dan jika dalam
kategori yang keempat disebutkan bahwa anggota dari kelompok minority
cenderung akan bekerja sama atau menikah dengan keanggotaan kelompok
yang sama. Hal itu tidak berlaku untuk semua orang Madura, sebab masih
banyak orang Madura yang loyal dengan kelompoknya yang lain sekalipun
anggota dari kelompok itu bukan sesama orang Madura, dan masih banyak
pula orang-orang Madura yang menikah dengan orang yang berasal dari luar
Madura. Hal itu dikarenaka orang Madura adalah orang-orang yang
kolektivis maka mereka lebih mengutamakan kerja sama diantra kelompok
daripada fungsi dan tanggung jawab individu.
3. Islam & Non Islam : siapa yang mayoritas dan minoritas?
Mayoritas
penduduk Madura adalah orang-orang yang beragama Islam kurang lebih
sebanyak 97-99 persen. Oleh karena itu, penanaman aqidah dan keberagaman
sudah tertanam kuat dalam diri orang-orang Madura sejak kecil. Semenjak
kecil mereka sudah belajar agama Islam baik dari orang tuanya, di
sekolah madrasah pada siang hari dan di musholla pada malam harinya.
Nilai-nilai agama Islam tercermin dalam kebijakan-kebijakan dan
nilai-nilai budaya Madura. Salah satunya seperti ungkapan “Buppa’, Babu, Guruh, Ratoh”,
ketaatan dan kepatuhan kepada ayah, ibu, guru dan pemerintah. Dalam
Islam taat kepada kedua orang tua merupakan suatu keharusan dan
kewajiban, karena keridhaan Allah swt, terletak pada keridlaan mereka
berdua. Jika mereka tidak patuh ucapan atau sebutan kedurhakaanlah yang
nantinya akan ditimpakan pada mereka. Dan sekalipun ada sedikit
perbedaan, jika dalam Islam ibulah yang disebutkan pertama kali, namun
dalam masyarakat Madura ayah yang disebutkan pertama kali. Hal itu
karena hierarki ayah memang diposisikan lebih tinggi daripada ibu.
Posisi ayah dalam sosiokultural masyarakat etnik Madura memegang kendali
dan wewenang penuh lembaga keluarga sebagai sosok yang diberi amanah
untuk bertanggung jawab dalam semua kebutuhan rumah tangganya.
Penduduk
Madura yang beragama selain agama Islam seperti Kristen atau Kong Hu
Chu hanya sebagian kecil saja. Namun hal itu tidak menjadikan masalah
untuk orang-orang Madura sendiri, karena hampir tidak ditemui
permasalahan atau konflik yang berasal karena perbedaan agama.
4. Identitas Sosial
Secara
konstan, kita cenderung mendefinisikan atau menempatkan diri kita pada
dunia dimana kita hidup. Menurut Grieve dan Hogg, orang mengimplikasikan
kategori sosial bagi dirinya dan orang lain untuk mengklarifikasikan persepsi
mereka tentang dunia dan tempat tinggal sosial mereka. Dan identifikasi
ini akan mengurangi ketidakpastian subjektif kita.
Ada beberapa dimensi identitas sosial, yaitu:
a. Voluntary – Desirable Identities
Identitas
yang kita pilih dan yang kita pikir bahwa hal itu bagus. Misalkan
seperti: bagian dari agama, anggota kelompok, keanggotaan dari partai
politik, suami, istri, ibu,ayah, murid.
b. Voluntary – Undesirable Identities
Identitas
yang kita pilih tapi menurut kita itu adalah sesuatu yang negatif.
Misalkan seperti: pemabuk, narkoba, gay/lesbian, perokok, transgender
(waria).
c. Involuntary – Desirable
Identitas
yang tidak bisa kita pilih dan menurut kita itu bagus, seperti:
etnis/ras, anak dari seorang perempuan/laki-laki, laki-laki, perempuan.
d. Involuntary – Undesirable
Identitas yang tidak bisa kita pilih dan kita pikir itu negatif, seperti: orang buta, tuli, tidak mampu, tua.
Pada
dasarnya yang membuat perilaku kita berbeda dengan orang lain ketika
berkomunikasi adalah terletak pada sejauh mana kita mengetahui identitas
budaya dan etnik kita.
Jika
identitas budaya dan etnik kita lemah, maka keduanya tidak bisa
mempengaruhi perilaku kita. Akan tetapi jika identitas budaya dan etnik
kita kuat, maka perilaku kita sangat berbudaya dan etnik tergantung
situasi.
Orang
Madura pada umumnya berperilaku sesuai dengan budaya dalam kelompoknya.
Jika mereka tidak berperilaku sesuai dengan keinginan kelompoknya maka
mereka akan mendapatkan sangsi sosial. Masyarakat Madura cenderung masih
memegang budaya mereka dalam melakukan sesuatu, kerena mereka
menjadikan budaya aslinya sebagai acuan dalam bertindak. Selain karena
dalam budaya Madura sendiri juga telah banyak nilai-nilai Islam yang
tertanam di dalamnya.
sumber: pengantar ilmu komunikasi, wiryanto
BAB: 7 KOMUNIKASI MASSA
PROSES DAN KARAKTERISTIK ISI PESAN KOMUNIKASI
1. Definisi Komunikasi Massa
Definisi paling sederhana dari komunikasi massa diungkapkan oleh Bittner (dalam Rahmat, 2005: 186) ”Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”. Sedangkan Dominick (1996) mengutarakan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah organisasi kompleks yang dengan bantuan dari satu atau lebih mesin membuat dan menyebarkan pesan publik yang ditujukan pada audiens berskala besar serta bersifat heterogen dan tersebar. Meletze (dalam Rakhmat, 1998) sendiri kemudian memberi definisi dari komunikasi massa dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada populasi dari berbagai komunitas yang tersebar. Adapun Rodman (2006) menyebutkan bahwa komunikasi massa terdiri dari pesan-pesan termediasi (mediated messages) yang disiarkan kepada publik yang besar dan tersebar.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau suatu organisasi yang memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk disebarkan kepada khalayak banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar.
Rodman (2006) menawarkan model dasar komunikasi massa dalam bagan dibawah ini
Source dalam bagan diatas merupakan para profesional atau sebuah organisasi besar yang bertindak sebagai gatekeeper. Pesan yang disiapkan oleh gatekeeper untuk disebarkan adalah pesan yang dibentuk berdasarkan pertimbangan ekonomi, legal dan etika. Dengan adanya perbedaan interprestasi peran oleh masing-masing individu dalam khalayak yang menyebabkan adanya efek baik pada tingkat individual dan tingkat masyarakat.
Rodman (2006:9) menyatakan bahwa model ini memperbesar peran dari gatekeeper dan membatasi umpan balik alami. Hal ini terlihat dari bagaimana gatekeeper memilih dari sumber berita yang tak terhingga mulai dari hiburan dan informasi yang ada untuk diekspos kepada khalayak.
2. Karakteristik Komunikasi Massa
Serupa dengan definisi komunikasi massa, karakteristik tentang komunikasi massa pun memiliki banyak versi dari para ahli komunikasi. Elizabeth Noelle Neuman (dalam Rakhmat, 1983 : 92 ) menyebutkan empat tanda pokok dalam komunikasi massa yaitu :
1. komunikasi massa bersifat tidak langsung
2. komunikasi massa bersifat satu arah
3. komunikasi massa bersifat terbuka.
4. memiliki publik yang secara geografis tersebar.
Rodman (2006:8) dalam bukunya Mass Media In A Changing World menyebutkan perbedaan komunikasi massa dengan jenis komunikasi lain yakni :
1. Proses umpan balik berjalan lamban dan interaksi antara komunikator dan komunikan dibatasi.
2. Komunikasi massa memiliki efek yang besar dan meluas.
3.Proses encoding dan decoding melalui beberapa tahapan (multistages) dengan kemungkinan gangguan semantik, alam dan mekanis.
4. Pesan yang disampaikan bersifat publik, mahal dan mudah terputus.
5. Komunikan memiliki jumlah yang besar dan dapat memilih pesan mana yang ingin ia akses.
Dari uraian-uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :
1. Sumber atau komunikator dari komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang menentukan pesan apa saja yang akan disebarkan.
2. Pesan bersifat terbuka karena semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena melibatkan beberapa tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi untuk memproduksi dan menyebarkan pesan, serta dapat dipotong dengan gampang.
3. Komunikan tidak memiliki identitas (anonim), banyak, tersebar dan heterogen sehingga terpaan pesan dapat diapresiasi berbeda oleh masing-masing individu.
4.Proses umpan balik berjalan lambat dan sulit mendapatkan respons dari komunikator.
1. Definisi Komunikasi Massa
Definisi paling sederhana dari komunikasi massa diungkapkan oleh Bittner (dalam Rahmat, 2005: 186) ”Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”. Sedangkan Dominick (1996) mengutarakan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah organisasi kompleks yang dengan bantuan dari satu atau lebih mesin membuat dan menyebarkan pesan publik yang ditujukan pada audiens berskala besar serta bersifat heterogen dan tersebar. Meletze (dalam Rakhmat, 1998) sendiri kemudian memberi definisi dari komunikasi massa dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada populasi dari berbagai komunitas yang tersebar. Adapun Rodman (2006) menyebutkan bahwa komunikasi massa terdiri dari pesan-pesan termediasi (mediated messages) yang disiarkan kepada publik yang besar dan tersebar.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau suatu organisasi yang memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk disebarkan kepada khalayak banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar.
Rodman (2006) menawarkan model dasar komunikasi massa dalam bagan dibawah ini
Source dalam bagan diatas merupakan para profesional atau sebuah organisasi besar yang bertindak sebagai gatekeeper. Pesan yang disiapkan oleh gatekeeper untuk disebarkan adalah pesan yang dibentuk berdasarkan pertimbangan ekonomi, legal dan etika. Dengan adanya perbedaan interprestasi peran oleh masing-masing individu dalam khalayak yang menyebabkan adanya efek baik pada tingkat individual dan tingkat masyarakat.
Rodman (2006:9) menyatakan bahwa model ini memperbesar peran dari gatekeeper dan membatasi umpan balik alami. Hal ini terlihat dari bagaimana gatekeeper memilih dari sumber berita yang tak terhingga mulai dari hiburan dan informasi yang ada untuk diekspos kepada khalayak.
2. Karakteristik Komunikasi Massa
Serupa dengan definisi komunikasi massa, karakteristik tentang komunikasi massa pun memiliki banyak versi dari para ahli komunikasi. Elizabeth Noelle Neuman (dalam Rakhmat, 1983 : 92 ) menyebutkan empat tanda pokok dalam komunikasi massa yaitu :
1. komunikasi massa bersifat tidak langsung
2. komunikasi massa bersifat satu arah
3. komunikasi massa bersifat terbuka.
4. memiliki publik yang secara geografis tersebar.
Rodman (2006:8) dalam bukunya Mass Media In A Changing World menyebutkan perbedaan komunikasi massa dengan jenis komunikasi lain yakni :
1. Proses umpan balik berjalan lamban dan interaksi antara komunikator dan komunikan dibatasi.
2. Komunikasi massa memiliki efek yang besar dan meluas.
3.Proses encoding dan decoding melalui beberapa tahapan (multistages) dengan kemungkinan gangguan semantik, alam dan mekanis.
4. Pesan yang disampaikan bersifat publik, mahal dan mudah terputus.
5. Komunikan memiliki jumlah yang besar dan dapat memilih pesan mana yang ingin ia akses.
Dari uraian-uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :
1. Sumber atau komunikator dari komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang menentukan pesan apa saja yang akan disebarkan.
2. Pesan bersifat terbuka karena semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena melibatkan beberapa tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi untuk memproduksi dan menyebarkan pesan, serta dapat dipotong dengan gampang.
3. Komunikan tidak memiliki identitas (anonim), banyak, tersebar dan heterogen sehingga terpaan pesan dapat diapresiasi berbeda oleh masing-masing individu.
4.Proses umpan balik berjalan lambat dan sulit mendapatkan respons dari komunikator.
sumber:pengantar ilmu komunikasi, wiryanto
BAB:6 KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Definisi KAP
KAP adalah komunikasi
yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih,
baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).
Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008).
KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.
KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.
Pendekatan KAP
Tiga pendekatan utama tentang pemikiran KAP berdasarkan:Komponen-Komponen Utama
Bittner (1985:10) menerangkan KAP berlangsung, bila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).
Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri: 1991), ciri-ciri mengenali KAP sebagai berikut:
- Bersifat spontan.
- Tidak berstruktur.
- Kebetulan.
- Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.
- Identitas keanggotaan tidak jelas.
- Terjadi sambil lalu.
Hubungan diadik mengartikan KAP sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas.
Untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama (Laing, Phillipson, dan Lee (1991:117).
Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan KAP sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah:
- Spontan dan informal.
- Saling menerima feedback secara maksimal.
- Partisipan berperan fleksibel.
Trenholm dan Jensen (1995:227-228) mengatakan tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukkan jaringan komunikasi.
Pengembangan
KAP dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh karena itu, derajat KAP berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi sehingga merubah sikap.
Pendapat Berald Miller dan M. Steinberg (1998: 274), pandangan developmental tentang semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain, maka semakin banyak karakter antar pribadi yang terbawa dalam komunikasi tersebut.
Edna Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan hubungan dalam menganalisis proses KAP mengasumsikan bahwa KAP membentuk struktur sosial yang diciptakan melalui proses komunikasi.
Ciri-ciri KAP menurut Rogers adalah:- Arus pesan dua arah.
- Konteks komunikasi dua arah.
- Tingkat umpan balik tinggi.
- Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi.
- Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat.
- Efek yang terjadi perubahan sikap.
KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.
Menurut Kumar (2000: 121-122), lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut:
- Keterbukaan (openess).
- Empati (empathy).
- Dukungan (supportiveness).
- Rasa positif (positiveness).
- Kesetaraan (equality).
Feedback yang diperoleh dalam KAP berupa feedback positif, negatif dan netral. Prinsip mendasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.
David Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah:
- Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
- Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik.
- Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi.
- Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.
Berlo membagi teori empati menjadi dua:
- Teori Penyimpulan (inference theory), orang dapat mengamati atau mengidentifikasi perilakunya sendiri.
- Teori Pengambilan Peran (role taking theory), seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain.
- Kelayakan (decentering).
- Pengambilan peran (role taking).
- Empati komuniksi (empathic communication).
Kelayakan (decentering)
Bagaimana
individu memusatkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan
apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain tersebut.
Pengambilan peran (role taking)
Mengidentifikasikan orang lain ke dalam dirinya, menyentuh kesadaran diri melalui orang lain.
Tingkatan dalam pengambilan peran:
Tingkatan dalam pengambilan peran:
- Tingkatan budaya (cultural level), mendasarkan keseluruhan karakteristik dari norma dan nilai masyarakat.
- Tingkatan sosiologis (sociological level), mendasarkan pada asumsi sebagian kelompok budaya.
- Tingkatan psikologis (psycological level), mendasarkan pada apa yang dialami oleh individu.
Empati komunikasi meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/perilaku penerima.
Blumer mengembangkan pemikiran Mead melalui pokok pikiran interaksionisme simbolik yaitu “Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai objek tersebut bagi dirinya.
Tujuan Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Berikut:
Setiap hari orang tidak akan lepas untuk mengadakan komunikasi
antarpribadi dengan orang lain. Masing-masing orang mempunyai maksud
maupun tujuan-tujuan dalam menyampaikan pesan terhadap orang lain.
Komunikasi dengan orang lain atau disebut juga dengan komunikasi antar
pribadi, mempunyai tujuan-tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Liliweri
bahwa tujuan komunikasi meliputi empat hal (Liliweri, 1991: 9),yaitu: (1) social change/ social participation,
(2) attitude change,
(3)opinion change, dan
(4) behavior change.
Tujuan pokok dalam berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi orang lain, dan menjadikan diri kita sebagai suatu agen yang dapat mempengaruhi, agen yang dapat menentukan atas lingkungan kita menjadi suatu yang kita maui (Sugiyo, 2005: 9).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah:
- Untuk memahami dan menemukan diri sendiri.
- Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
- Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang
lain, - Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan perilaku sendiri dan orang lain,
- Komunikasi antarpribadi merupakan proses belajar
- Mempengaruhi orang lain
- Mengubah pendapat orang lain
- Membantu orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain, membantu orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi ini kita dapat menjadikan diri sebagai suatu agen yang dapat mengubah diri dan lingkungan sesuai dengan yang kita kehendaki, selain itu komunikasi ini juga bertujuan sebagai suatu proses belajar menuju perubahan yang lebih baik.
Komunikasi adalah proses
transaksional
Komunikasi
adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses, hahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.
Berikut ini merupakan ciri-ciri efektifitas komunikasi antarpribadi
menurut Kumar (Wiryanto, 2005: 36) dan De vito (Sugiyo, 2005: 4) bahwa
ciri-ciri komunikasi antarpribadi tersebut yaitu:- Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.
- Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
- Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
- Rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
- Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diamdiam
bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
sumber:pengantar ilmu komunikasi, wiryanto
Langganan:
Postingan (Atom)